Pada awalnya manusia terlahir Dari Satu Ayah (Adam) dan Ibu (Hawwa’).
Hal ini terdapa pada Al-quran dan
hadist sebagai berikut :
Menurut al-Qur’an
QS. AL-NISA', 4: 1
"Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang
telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya* Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki- laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah
kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama- Nya kamu
saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.
Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu".
* Maksud dari padanya menurut
jumhur mufassirin ialah dari bagian tubuh (tulang rusuk) Adam a.s. berdasarkan
hadis riwayat Bukhari dan Muslim. Di samping itu ada pula yang menafsirkan dari
padanya ialah dari unsur yang serupa Yakni tanah yang dari padanya Adam a.s.
diciptakan.
QS. AL-HAJJ, 22: 5
"Hai manusia,
jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) Sesungguhnya
Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian
dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami
jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki
sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi,
kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di
antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan
umurnya sampai pikun, supaya Dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya
telah diketahuinya, dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami
turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan
berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah".
QS. AL-MUKMINUN, 23: 12-14
12. Dan sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
13. Kemudian
Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh
(rahim).
14. Kemudian
air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.
Proses
penciptan manusia :
1. Tahap Nuthfah, yaitu
berupa menyatunya unsur sperma dah ovum dan keduanya menjadi zat baru dalam
rahim wanita;
2. Tahap ‘Alaqah, yaitu
tahap penting dimana nuthfah tersebut telah bergantung atau melekat pada
dinding rahim wanita;
3. Tahap mudhgah, yaitu
pembentukan orgaan-organ penting yang dalam surat al-Hajj ayat 5 di atas
diklasifikasikan menjadi mudhgah mukhallaqah dan mudhgah ghairu mukhallaqah
(yang berbentuk secara sempurna atau yang belum berbentuk);
4. Tahap ‘Idham, yaitu
berupa bahan atau elemen dalam mudhgah yang kemudian menjadi tulang belulang;
5. Tahap lahm, merupakan
suatu tahapan dimana reproduksi yang telah mencapai tahapan elemen mudhgah
tersebut berwujud daging;
Tahap akhir, yaitu peniupan ruh dalam diri janin manusia.
Lalu dapat disimpulkan :
1. Berawal
dari tanah (dengan berbagai jenisnya), lalu ditiupkan ruh (khusus Nabi Adam ‘alaihissalam);
2. Lalu pada
reproduksi manusia berkembang dalam kandungan ibu menurut evolusi nuthfah
(40 hari), ‘alaqah (40 hari), dan mudghah yang mengandung elemen
‘idham dan lahm (40 hari);
3. Setelah 4
bulan (120 hari) perkembangan ditiupkan ruh oleh Allah swt. Jadi, fisik manusia
laksana tempat (bagai mangkok) yang siap untuk ditempati oleh ruh itu;
4. Dengan
demikian, manusia tersusun dari 2 unsur pokok, yaitu unsur materi berupa tanah,
dan unsur immateri berupa ruh yang berasal dari alam immateri atau alam ghaib;
5. Pada
akhirnya, tubuh/fisik manusia akan kembali ke tanah.
Kelebihan manusia :
1. Manusia
tercipta dalam sebaik-baik bentuk (QS. al-Tin: 5) dari tanah, dibanding
iblis/setan dicipta dari api dan dalam rupa yang menyeramkan.
2. Manusia
dianugrahi akal dan pancaindra (hati, mata, telinga, dll);
3. Manusia
begitu terlahir, ia terlahir dalam keadaaan suci sebagaimana hadits Nabi saw:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar